Konferensi Internasional tentang Teknologi Bahasa dan Terjemahan, yang diadakan di Kanada, menyoroti peran penerjemah yang berkembang di era Kecerdasan Buatan (AI).
AI sedang mengubah bidang ini, dengan model canggih seperti Terjemahan Mesin Neural (NMT) dan arsitektur Mixture of Experts (MoE) yang memungkinkan terjemahan cepat. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan penerjemah manusia.
Penulis berpendapat bahwa AI meningkatkan, bukan menggantikan, penerjemah manusia. Peran bergeser ke yang lebih kreatif dan menuntut secara intelektual.
AI berjuang dengan hal-hal halus seperti nada dan resonansi budaya. Penerjemah manusia sangat penting untuk menyempurnakan keluaran AI agar memenuhi harapan audiens dan norma budaya.
AI menyediakan kerangka kerja, membebaskan penerjemah untuk fokus pada kreativitas dan penilaian. Penerjemah manusia menjadi ahli strategi bahasa dan mediator budaya.
Penerjemah yang sukses sekarang membutuhkan penguasaan bahasa tingkat lanjut, pemahaman budaya, dan keterampilan untuk mengevaluasi dan membentuk kembali teks yang dihasilkan AI. Literasi AI dan kemahiran pasca-penyuntingan menjadi komponen inti dari pendidikan terjemahan.
AI menuntut jenis penerjemah baru yang dapat memandu dan mengoptimalkan keluaran mesin. Penerjemah berkembang menjadi peran yang lebih strategis dan kreatif.
AI mendefinisikan kembali tenaga kerja manusia, melahirkan penerjemah baru: cerdas secara intelektual, peka budaya, dan fasih secara teknologi.
AI adalah alat yang membutuhkan panduan manusia yang terampil. Masa depan adalah milik penerjemah yang merangkul evolusi ini dan memberikan terjemahan yang bermakna.
Ini adalah seruan untuk penemuan kembali, dengan penerjemah beradaptasi dengan babak baru. Peran penerjemah tidak menghilang; itu berkembang.