Para peneliti di Institut Sains Weizmann telah menemukan bahwa prosodi, atau melodi ucapan, beroperasi sebagai bahasa yang berbeda dengan kosakata dan sintaksisnya sendiri. Temuan ini, yang diterbitkan di PNAS, menunjukkan bahwa AI dapat memanfaatkan prosodi untuk memahami bahasa lebih dari sekadar kata-kata yang diucapkan.
Prosodi mencakup variasi dalam nada, kenyaringan, tempo, dan kualitas suara, menambahkan lapisan makna yang bernuansa. Studi ini mengidentifikasi pola melodi berulang dalam percakapan spontan, mengungkapkan ratusan pola dasar yang berfungsi sebagai "kata-kata" prosodi, masing-masing menyampaikan sikap tertentu seperti rasa ingin tahu atau kejutan.
Model AI mengidentifikasi aturan sintaksis yang mengatur urutan pola prosodi ini, yang sering muncul berpasangan, berfungsi sebagai kalimat sederhana. Terobosan ini dapat memungkinkan AI untuk lebih baik menafsirkan emosi dan niat manusia, yang mengarah pada respons yang lebih adaptif dan alami dalam sistem AI. Menurut Prof. Moses, penelitian ini dapat membuka jalan bagi sistem otomatis yang menyusun kamus prosodi untuk berbagai bahasa, meningkatkan kemampuan AI untuk memahami dan menanggapi ucapan manusia.