Mengapa Orang Tua Seringkali Tidak Mendorong Pernikahan Setelah SMA: Perspektif Pendidikan

Diedit oleh: Olga Samsonova

Pernikahan adalah tujuan hidup yang signifikan bagi banyak orang, tetapi persetujuan orang tua seringkali memainkan peran penting, terutama setelah lulus SMA. Dari sudut pandang pendidikan, orang tua mungkin ragu karena kekhawatiran tentang kelanjutan studi dan pengembangan diri anak-anak mereka.

Salah satu alasan utama adalah potensi gangguan terhadap pendidikan tinggi. Anak-anak yang menikah muda mungkin kesulitan untuk melanjutkan pendidikan mereka atau menyelesaikan gelar sarjana. Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, tingkat putus sekolah di kalangan siswa yang menikah sebelum usia 20 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menikah setelah menyelesaikan pendidikan. Hal ini dapat membatasi peluang karir dan pertumbuhan pribadi di masa depan.

Selain itu, pernikahan dini dapat menghambat pengembangan keterampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk kesuksesan di dunia kerja. Banyak orang tua mendorong anak-anak mereka untuk fokus pada pendidikan dan pengembangan diri sebelum menikah, sehingga mereka dapat membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka. Ini bukanlah tentang membatasi kebahagiaan, tetapi tentang memastikan bahwa anak-anak memiliki kesempatan terbaik untuk mencapai potensi penuh mereka.

Pilihan orang tua ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak mereka siap menghadapi berbagai aspek kehidupan sebelum menikah, termasuk pendidikan dan pengembangan diri. Ini adalah investasi dalam masa depan anak-anak mereka, yang memungkinkan mereka untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan jangka panjang.

Sumber-sumber

  • IDN Times

  • Hampir 50% Perempuan Indonesia Menikah di Usia 19-24 Tahun

  • Pemuda Indonesia yang Belum Kawin Terus Naik

  • Menekan Angka Pernikahan Di Usia Muda

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.