Para ilmuwan di Universitas Lobachevsky, Rusia, telah memperkenalkan sistem neurokontrol berbasis memristor untuk robot. Teknologi ini memungkinkan pemrosesan sinyal otak tanpa komputer yang kuat, memungkinkan kontrol presisi pada prostetik, eksoskeleton, dan drone. Perkembangan ini memiliki implikasi yang luas untuk industri robotika di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Sistem ini menggunakan headset elektroensefalografi (EEG) untuk menangkap sinyal otak. Sinyal-sinyal ini kemudian dikirimkan melalui Wi-Fi ke papan dengan chip memristor produksi dalam negeri. Chip tersebut memproses sinyal dan mengubahnya menjadi perintah untuk robot. Para peneliti Rusia menyoroti kemampuan sistem untuk memproses sinyal saraf kompleks tanpa komputasi eksternal. Ukuran yang ringkas dan kecepatan teknologi memristor menghilangkan kebutuhan akan daya pemrosesan tambahan, membuat sistem ini mobile, ringkas, dan hemat energi.
Di Indonesia, potensi aplikasi teknologi ini sangat besar, terutama di bidang medis dan industri. Menurut data dari Kementerian Perindustrian, industri manufaktur di Indonesia terus berkembang, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4% per tahun dalam lima tahun terakhir. Penggunaan robotika, termasuk sistem neurokontrol berbasis memristor, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor manufaktur. Selain itu, teknologi ini dapat memberikan solusi inovatif untuk rehabilitasi medis, memungkinkan pasien dengan disabilitas untuk mendapatkan kembali mobilitas dan kemandirian mereka.
Sistem neurokontrol berbasis memristor menawarkan masa depan yang menjanjikan untuk robotika. Kemampuannya untuk memproses sinyal otak secara efisien dan ringkas membuka jalan bagi aplikasi baru di berbagai bidang. Dengan terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan daya saing industri dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.