Geopark Kebumen secara resmi ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Keputusan ini diambil pada sesi ke-221 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, yang diadakan dari tanggal 2-17 April 2025.
Selama sesi tersebut, 58 negara anggota Dewan Eksekutif UNESCO secara bulat menyetujui 16 nominasi geopark dari 11 negara, termasuk Kebumen. Pengakuan ini menyoroti kekayaan keanekaragaman geologi, biologi, dan budaya di wilayah tersebut.
Istilah "Kabumian," yang berarti ilmu bumi, mencerminkan aspirasi agar wilayah ini menjadi sumber pengetahuan tentang Bumi. Asal usul Geopark Kebumen dapat ditelusuri kembali ke tahun 2004 ketika Presiden Indonesia menetapkan Lanskap Karst Gombong Selatan sebagai kawasan pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 2006, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendeklarasikan kawasan Karangsambung sebagai Cagar Alam Geologi. Langkah signifikan terjadi pada tahun 2018 ketika Pemerintah Kabupaten Kebumen mengusulkan pembentukan Geopark Karangsambung - Karangbolong.
Usulan ini disetujui dan ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada tanggal 30 November 2018. Awalnya, geopark ini mencakup 543,599 kilometer persegi, meliputi 12 kecamatan dan 117 desa, dengan lanskap yang beragam mulai dari perbukitan dan lembah hingga dataran dan pantai.
Pada tahun 2023, melalui Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Kebumen mengubah nama Geopark menjadi Geopark Kebumen. Perubahan ini juga menandai perluasan wilayah geopark, yang sekarang mencakup luas daratan 1.138,70 kilometer persegi dan luas laut 21,98 kilometer persegi, meliputi 22 kecamatan dan 374 desa.
Geopark Kebumen juga menawarkan keindahan alam yang menarik wisatawan. Di kecamatan Gombong, Kebumen, terdapat beberapa pantai yang terkenal dengan keindahannya, termasuk Pantai Ayah, Pantai Menganti, dan Pantai Surumanis.
Selain menawarkan pemandangan pesisir yang menakjubkan, Geopark Kebumen memiliki gua-gua yang berfungsi sebagai tujuan wisata. Salah satu gua yang paling terkenal adalah Gua Jatijajar, di mana pengunjung dapat menjelajahi formasi batuan yang memukau di dalamnya.
Di luar alam, pengunjung dapat menjelajahi Benteng Van der Wijk, yang menceritakan kisah pendudukan kolonial Belanda di Indonesia, khususnya di Kebumen. Situs bersejarah ini menambah lapisan minat lain pada penawaran geopark.