Studi: Kebijakan Alkohol Membutuhkan Konteks Emosional

Diedit oleh: Liliya Shabalina

Sebuah studi baru mengungkapkan kesenjangan signifikan dalam cara pembuat kebijakan dan masyarakat membahas konsumsi alkohol. Para peneliti dari beberapa universitas Inggris menganalisis bahasa yang digunakan dalam kebijakan alkohol dan membandingkannya dengan cara orang dewasa muda berbicara tentang minum.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Drug and Alcohol Review, menemukan bahwa kebijakan sering kali membingkai alkohol secara negatif, dengan fokus pada risiko. Sebaliknya, peminum membahas dampak emosional positif dan negatif, seperti kebahagiaan dan rasa bersalah.

Para peneliti menyarankan bahwa kebijakan yang efektif harus mempertimbangkan aspek emosional dan sosial dari minum. Pendekatan ini dapat mengarah pada percakapan dan intervensi yang lebih bermakna untuk mengurangi bahaya terkait alkohol. Hal ini sejalan dengan teori psikologis bahwa orang minum karena berbagai alasan, termasuk bersosialisasi dan mengatasi emosi.

World Cancer Research Fund (WCRF) mengadvokasi Strategi Alkohol Nasional di Inggris. Mereka mendorong langkah-langkah seperti peningkatan pelabelan dan pembatasan pemasaran untuk mengurangi bahaya terkait alkohol. Studi ini menyoroti perlunya kebijakan yang mencerminkan pengalaman nyata para peminum.

Sumber-sumber

  • News-Medical.net

  • Cancer Prevention Action Week 2025 | World Cancer Research Fund

  • The language of alcohol: Similarities and differences in how drinkers and policymakers frame alcohol consumption - STORE - University of Staffordshire Online Repository

  • The language of alcohol: Similarities and differences in how drinkers and policymakers frame alcohol consumption - PubMed

  • Women should avoid all alcohol to reduce risk of breast cancer, charity says | Breast cancer | The Guardian

  • New study calls for rethink on alcohol policy

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.