Situasi di Kuba, yang ditandai dengan protes, kesulitan ekonomi, dan ketegangan internasional, menimbulkan pertanyaan penting dari sudut pandang kesehatan dan keselamatan. Bagaimana peristiwa ini memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental masyarakat, serta bagaimana pemerintah dan komunitas internasional meresponsnya?
Protes yang diprakarsai oleh mahasiswa universitas pada awal Juni 2025, sebagai respons terhadap kenaikan tarif internet seluler, menunjukkan adanya ketidakpuasan yang meluas. Kenaikan harga ini membuat akses internet tidak terjangkau bagi banyak orang, yang berdampak pada isolasi sosial dan kesulitan dalam mengakses informasi penting. Selain itu, pemadaman listrik yang parah akibat kekurangan bahan bakar dan kegagalan Pembangkit Listrik Antonio Guiteras mengganggu kehidupan sehari-hari, termasuk akses ke layanan kesehatan dan pendidikan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemadaman listrik dapat meningkatkan risiko penyakit dan cedera akibat kurangnya fasilitas medis yang berfungsi.
Penempatan kembali Kuba dalam daftar negara sponsor terorisme oleh Amerika Serikat pada Januari 2025, mencerminkan ketegangan yang sedang berlangsung. Organisasi hak asasi manusia telah mendokumentasikan penahanan sewenang-wenang dan pelecehan terhadap aktivis. Ketegangan ini menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi masyarakat, dengan potensi peningkatan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia. Sebuah studi oleh Universitas Johns Hopkins menemukan bahwa ketidakstabilan politik dan ekonomi dapat meningkatkan tingkat stres dan masalah kesehatan mental di kalangan penduduk.
Dari perspektif kesehatan dan keselamatan, penting untuk mempertimbangkan dampak dari protes, kesulitan ekonomi, dan ketegangan internasional terhadap kesejahteraan fisik dan mental masyarakat Kuba. Upaya untuk meningkatkan akses ke perawatan kesehatan, memastikan keamanan publik, dan mempromosikan lingkungan yang stabil sangat penting untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat.