Guyana dan Inggris Perkuat Kerja Sama Pertahanan di Tengah Sengketa Perbatasan dengan Venezuela

Pada tanggal 12 April 2025, Guyana dan Inggris menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan kerja sama pertahanan bilateral. Perjanjian ini menandakan kemitraan yang diperkuat di tengah kekhawatiran keamanan regional yang berkelanjutan, terutama terkait dengan sengketa wilayah dengan Venezuela atas wilayah Essequibo.MoU menguraikan kolaborasi di bidang-bidang seperti pelatihan, berbagi informasi, keamanan siber, latihan kemanusiaan, dan akuisisi pertahanan. Presiden Irfaan Ali menekankan pentingnya kemitraan Inggris-Guyana, menyoroti nilai-nilai bersama seperti demokrasi dan supremasi hukum. Dia memandang perjanjian itu sebagai perkembangan strategis mengingat dinamika keamanan global saat ini.Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodríguez telah menuduh Guyana memiliki "niat berperang" setelah perjanjian pertahanan tersebut. Tuduhan ini berakar pada sengketa perbatasan yang telah lama terjadi atas Guayana Esequiba, sebuah wilayah di sebelah barat Sungai Essequibo, yang dikendalikan oleh Guyana tetapi diklaim oleh Venezuela. Sengketa ini berasal dari Putusan Arbitrase Paris tahun 1899. Mahkamah Internasional (ICJ) saat ini sedang mempertimbangkan kasus tersebut, dengan putusan yang diharapkan pada tahun 2026. Guyana tetap berkomitmen pada resolusi damai melalui ICJ, sementara ketegangan meningkat karena tindakan Venezuela, termasuk referendum pada Desember 2023 yang mencari dukungan untuk pembentukan negara Venezuela di wilayah Essequibo.Perdana Menteri Mark Phillips telah menegaskan komitmen Guyana terhadap perdamaian dan hukum internasional, menekankan kerja sama regional untuk keamanan. Pasukan Pertahanan Guyana tetap waspada, memantau semua perbatasan. Dukungan Inggris dan kerja sama pertahanan yang diperkuat datang pada saat yang krusial bagi Guyana, memperkuat posisinya di panggung internasional dan berkontribusi pada stabilitas regional.