Frontier Space Luncurkan Laboratorium Otomatis untuk Merevolusi Produksi Makanan di Luar Angkasa

Edited by: Tetiana Martynovska 17

Frontier Space, sebuah spin-out dari Cranfield University, telah meluncurkan laboratorium otomatis ke orbit sebagai bagian dari proyek Badan Antariksa Eropa (ESA). Misi yang diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9 pada 21 April 2025 ini bertujuan untuk menilai kelayakan produksi makanan hasil laboratorium di lingkungan mikrogravitasi, yang berpotensi merevolusi misi luar angkasa jangka panjang.

Bertempat di kapsul masuk kembali dari ATMOS Space Cargo, laboratorium ini berisi tiga muatan yang dirancang untuk menguji berbagai komponen SpaceLab Frontier, termasuk chip mikrofluida dan sistem pencitraan. Satu muatan, dari Imperial College London, akan mengangkut spesimen biologis ke orbit untuk dianalisis setelah kembali ke Bumi.

Para peneliti Imperial College sedang menjajaki fermentasi presisi di luar angkasa, sebuah proses yang melibatkan rekayasa genetika makanan dari ragi. Jika berhasil, astronot dapat memproduksi barang-barang konsumsi penting di luar angkasa, yang secara signifikan mengurangi biaya dan tantangan logistik dalam memasok misi jarak jauh. Saat ini, biaya makanan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dapat mencapai £20.000 per orang per hari.

Dr. Rodrigo Ledesma-Amaro dari Imperial College menekankan potensi sel yang dikultur untuk menyediakan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan bioplastik menggunakan sumber daya yang mudah tersedia. Inovasi ini akan sangat meningkatkan kelayakan dan keberlanjutan upaya eksplorasi ruang angkasa di masa depan. Profesor David Cullen dari Cranfield University melihat keberhasilan Frontier Space sebagai validasi dari pekerjaan universitas dan potensi untuk pengembangan biosains dan bioteknologi tingkat lanjut di luar angkasa.

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.