Sinestesia, sebuah fenomena neurologis yang menghubungkan jalur sensorik, berdampak signifikan pada industri musik. Seniman seperti Billie Eilish, Kanye West, dan Lorde secara terbuka telah membahas bagaimana pengalaman sinestetik mereka membentuk musik mereka. Kondisi ini memungkinkan individu untuk merasakan suara sebagai warna, bentuk, atau tekstur, yang memengaruhi proses kreatif mereka.
Billie Eilish mengaitkan warna dengan hari dalam seminggu dan elemen musik, yang memengaruhi penulisan lagunya. Kanye West melihat suara, menggambarkan kreasi soniknya sebagai lukisan. Lorde menetapkan warna untuk nada dan komposisi, seperti yang terlihat dalam lagunya "Green Light."
Hans Zimmer menggunakan motif musik yang terkait dengan palet warna dalam skor filmnya, membangun ketegangan sinematik. Charli XCX melihat musik dalam warna, memengaruhi komposisi dan penampilannya. Chromesthesia Frank Ocean menginspirasi judul "Channel Orange." Kevin Parker, dari Tame Impala, juga menunjukkan proses kreatif yang berkode warna.
Para seniman ini menunjukkan bagaimana sinestesia mengubah musik menjadi pengalaman multisensori. Hal ini memungkinkan ekspresi artistik yang inovatif dan beresonansi secara emosional, memperkaya pengalaman pendengar. Persepsi unik mereka berkontribusi pada lanskap suara yang beragam dan inovatif yang ditemukan dalam musik kontemporer. Di Indonesia, kita juga melihat bagaimana musik seringkali dikaitkan dengan warna dan emosi, misalnya dalam musik tradisional Jawa atau Bali, di mana gamelan seringkali diasosiasikan dengan warna-warna tertentu dan suasana hati. Penggunaan sinestesia dalam musik menawarkan cara baru untuk merasakan dan mengapresiasi seni, yang relevan dengan keragaman budaya dan ekspresi artistik di Indonesia.