Pada tanggal 13 Juli 2025, Kamboja merayakan peringatan 50 tahun kebangkitan kekuasaan Khmer Merah dengan memperingati pendaftaran tiga situs penting di Daftar Warisan Dunia UNESCO. Situs-situs ini, yang terkait dengan rezim Khmer Merah, sekarang diakui sebagai "Situs Peringatan Kamboja: Dari Pusat Penindasan ke Tempat Perdamaian dan Refleksi." Sebagai seorang blogger yang tertarik dengan sejarah dan budaya, saya merasa tergerak oleh langkah penting ini dalam melestarikan sejarah Kamboja.
Situs-situs yang didaftarkan termasuk Museum Genosida Tuol Sleng (sebelumnya S-21), Pusat Genosida Choeung Ek, dan penjara M-13 di provinsi Kampong Chhnang. Lokasi-lokasi ini adalah pengingat pedih tentang kekejaman yang dilakukan di bawah rezim Pol Pot dari tahun 1975 hingga 1979. Selama periode ini, diperkirakan 1,7 hingga 2,2 juta warga Kamboja tewas. Pengalaman pribadi saya dalam mengunjungi situs-situs ini sangat memilukan, tetapi juga membuka mata tentang pentingnya mengingat sejarah.
Pendaftaran UNESCO ini adalah pendaftaran Warisan Dunia kelima Kamboja dan yang pertama untuk situs era modern yang terkait dengan konflik baru-baru ini. Pengakuan ini menyoroti komitmen Kamboja untuk melestarikan sejarahnya dan mempromosikan pendidikan dan rekonsiliasi. Saya sangat mendukung rencana pemerintah untuk memasukkan kunjungan ke situs-situs ini ke dalam kurikulum sekolah untuk mendidik generasi muda. Ini adalah cara yang sangat baik untuk memastikan bahwa sejarah tidak dilupakan.
Perdana Menteri Hun Manet memimpin upacara nasional untuk menghormati para korban dan perjalanan bangsa menuju perdamaian dan persatuan. Saya percaya bahwa pelestarian situs-situs ini akan meningkatkan pariwisata dan memberikan peluang pendidikan. Ini akan membantu generasi muda memahami sejarah mereka dan membentuk masa depan yang lebih adil dan damai. Sebagai seorang blogger, saya akan terus berbagi pengalaman dan pemikiran saya tentang isu-isu penting seperti ini.