Aktivitas Matahari yang meningkat telah menjadi sorotan utama para ilmuwan dan pengamat luar angkasa. Fenomena seperti lubang korona dan prominensa raksasa memberikan wawasan baru tentang dinamika bintang kita. Mari kita telaah lebih lanjut tentang apa yang sedang terjadi di Matahari.
Menurut data dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Matahari saat ini sedang memasuki fase maksimum solar, yang puncaknya diperkirakan pada tahun 2025. Fase ini ditandai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas berbagai peristiwa solar, termasuk semburan matahari dan lontaran massa korona. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas solar dapat mengganggu komunikasi satelit dan jaringan listrik di Bumi.
Salah satu contoh nyata dari aktivitas ini adalah pengamatan lubang korona yang memicu badai geomagnetik G2 pada 14 Juni 2025. Peristiwa ini, meskipun tergolong sedang, menyebabkan aurora borealis terlihat di Kanada dan Amerika Serikat bagian utara. Selain itu, pada 4 Juli 2025, prominensa raksasa diamati membentang lebih dari satu juta kilometer. Peristiwa ini menyoroti sifat dinamis Matahari.
Bagi masyarakat Indonesia, pemahaman tentang aktivitas solar sangat penting karena dapat memengaruhi teknologi dan kehidupan sehari-hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau cuaca antariksa untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Dengan memahami aktivitas Matahari, kita dapat lebih siap menghadapi potensi dampaknya.