Kekeringan parah yang melanda Sungai Danube pada musim panas 2025 menjadi sorotan utama dalam konteks ilmu pengetahuan populer. Peristiwa ini memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mempelajari dampak perubahan iklim dan intervensi manusia terhadap ekosistem sungai. Penurunan drastis permukaan air, yang mencapai lebih dari setengah meter dalam seminggu di beberapa area, membuka peluang penelitian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk hidrologi, ekologi, dan klimatologi, melakukan penelitian intensif untuk memahami penyebab dan dampak kekeringan ini. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi suhu ekstrem, yang mencapai lebih dari 35°C di Hungaria dan Rumania, serta berkurangnya curah hujan menjadi faktor utama penyebabnya. Analisis ilmiah juga mengungkapkan bahwa intervensi manusia, seperti pembangunan bendungan dan kanal, telah memperburuk situasi dengan mengurangi luas banjir dan mengubah ekosistem sungai.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal *Nature Climate Change* menemukan bahwa frekuensi dan intensitas kekeringan di Eropa Tengah telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian ini juga memprediksi bahwa perubahan iklim akan memperburuk kondisi ini di masa depan. Selain itu, para ilmuwan juga meneliti dampak kekeringan terhadap kehidupan akuatik dan ekosistem sungai. Penelitian menunjukkan bahwa kekeringan menyebabkan hilangnya habitat, penurunan keanekaragaman hayati, dan gangguan pada rantai makanan.
Upaya restorasi ekologis, seperti yang dilakukan oleh kemitraan "Together for the Danube", yang berhasil menghubungkan kembali lebih dari 130 km saluran dan memulihkan hampir 1.800 hektar lahan basah antara tahun 2014 dan 2025, menjadi contoh penting dalam upaya mitigasi dampak kekeringan. Kesimpulannya, kekeringan Sungai Danube 2025 adalah studi kasus penting yang menyoroti kompleksitas perubahan iklim dan pentingnya pendekatan ilmiah dalam memahami dan mengatasi tantangan lingkungan global.