Pemerintah Senegal telah meluncurkan kampanye reboisasi besar-besaran untuk memulihkan hutan yang terdampak deforestasi dan meningkatkan ketahanan iklim di wilayah Sahel. Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi tantangan lingkungan yang dihadapi negara tersebut, termasuk hilangnya tutupan hutan dan dampak perubahan iklim.
Antara tahun 2005 dan 2023, Senegal kehilangan hampir 340.000 hektar hutan, terutama akibat perluasan pertanian, kebakaran hutan, penebangan ilegal, dan penggembalaan berlebihan. Kehilangan ini telah mengurangi kapasitas hutan Senegal untuk menyerap CO₂ hingga hampir 46%, sehingga merusak upaya mitigasi perubahan iklim.
Untuk mengatasi masalah ini, pada 4 Juli 2025, pemerintah Senegal menandatangani perjanjian kemitraan dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) untuk melaksanakan proyek SURAGGWA (Scaling-Up Resilience in Africa’s Great Green Wall). Proyek ini bertujuan untuk mengembalikan 1,4 juta hektar lahan terdegradasi, mengurangi emisi sebesar 65 juta ton CO₂, dan meningkatkan kondisi hidup 1,9 juta orang, terutama perempuan dan pemuda.
Selain itu, proyek "Ripostes" yang diluncurkan pada 2021 berfokus pada pengelolaan lahan berkelanjutan dan peningkatan nilai produk hutan non-kayu. Proyek ini telah berhasil mengelola hampir 650 hektar lahan dan membangun tiga pembibitan komunitas dengan kapasitas produksi 150.000 tanaman per tahun. Prioritas untuk tahun 2025 termasuk pendanaan sub-proyek terkait pengelolaan lahan berkelanjutan dan pengembangan produk hutan non-kayu.
Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan komitmen Senegal untuk memulihkan ekosistem hutan dan meningkatkan ketahanan iklim melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, dan mitra internasional. Upaya bersama ini diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi Senegal.