Ahli geologi, yang dipimpin oleh Suzanna van de Lagemaat dari Universitas Utrecht, telah merekonstruksi secara digital lempeng tektonik Pontus yang besar dan sebelumnya tidak diketahui. 'Lempeng mega' ini, yang pernah menutupi sekitar 39 juta kilometer persegi, sekitar seperempat ukuran Samudra Pasifik, membentuk kembali pemahaman kita tentang sejarah geologis Bumi pada tahun 2025.
Memahami pergerakan lempeng tektonik sangat penting untuk mempelajari proses dinamis Bumi. Lempeng-lempeng ini adalah bagian bergerak dari lapisan luar Bumi, dan interaksi mereka memengaruhi geografi, iklim, pembentukan gunung, gempa bumi, dan aktivitas gunung berapi.
Penemuan dan Rekonstruksi
Sejarah lempeng tektonik di sekitar Filipina sulit untuk direkonstruksi. Tim Suzanna van de Lagemaat memprediksi keberadaan Lempeng Pontus berdasarkan fragmen yang ditemukan jauh di dalam mantel Bumi. Lempeng yang tersubduksi meninggalkan jejak, menciptakan zona dengan suhu atau komposisi yang tidak biasa yang dapat dideteksi oleh seismograf.
Para ilmuwan melakukan penelitian lapangan di wilayah seperti Jepang, Kalimantan, Filipina, Papua Nugini, dan Selandia Baru. Mereka mengumpulkan data tentang formasi geologi dan pegunungan. Menggunakan data ini dan pemodelan canggih, mereka merekonstruksi Lempeng Pontus secara digital. Sisa-sisa ditemukan di utara Kalimantan, di Palawan, dan di Laut Cina Selatan, yang mengonfirmasi ukurannya yang signifikan.
Implikasi Penemuan
Penemuan lempeng Pontus meningkatkan pemahaman kita tentang aktivitas tektonik dan proses subduksi. Ini juga memiliki implikasi signifikan untuk memprediksi dan mengurangi bahaya alam seperti gempa bumi dan tsunami. Rekonstruksi ini menandai terobosan besar dalam geologi, memberikan wawasan baru tentang evolusi Bumi.