Murmurasi burung jalak, tarian udara yang menakjubkan yang dilakukan oleh kawanan burung jalak saat senja, telah memukau para pengamat selama beberapa generasi. Gerakan berputar dan tersinkronisasi ini, di mana ribuan burung tampak bergerak sebagai satu kesatuan, adalah hasil dari interaksi yang sangat kompleks antara individu-individu burung.
Penelitian ilmiah terbaru telah mulai mengungkap misteri di balik pertunjukan yang menakjubkan ini. Sebuah studi yang diterbitkan pada Mei 2025 menggali bagaimana gelombang gerakan kolektif ini menyebar melalui kawanan. Para peneliti menemukan bahwa perubahan arah menyebar secara linear dengan kehilangan energi minimal, yang menunjukkan perilaku gelombang tertentu.
Namun, pengamatan dunia nyata terhadap kawanan burung jalak mengungkapkan gambaran yang lebih kompleks. Eksperimen resolusi tinggi menunjukkan bahwa gelombang efisien ini hidup berdampingan dengan gerakan lain yang kurang terorganisir. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman kita saat ini tentang fisika mungkin perlu mencakup faktor tambahan untuk sepenuhnya menjelaskan perilaku yang diamati. Lebih lanjut, sebuah studi dari April 2024 mengusulkan model yang melihat pengaruh tetangga burung jalak sebagai keinginan untuk berbelok, yang secara tidak langsung mengontrol arah burung dalam kerangka aerodinamis. Model ini berhasil menciptakan kembali pembentukan gelombang orientasi dalam kawanan, bahkan tanpa adanya predator, dan menghasilkan bentuk kawanan bulat dan oval yang biasa terlihat di alam.
Terlepas dari daya tarik ilmiah terhadap murmurasi, burung jalak menghadapi ancaman lingkungan yang serius. Mengkhawatirkan, populasi burung jalak di seluruh Eropa telah merosot dalam beberapa dekade terakhir. Misalnya, Inggris telah mengalami penurunan dramatis, dengan populasi burung jalak menyusut lebih dari 80% antara tahun 1966 dan 2004. Intensifikasi pertanian, yang mengurangi ketersediaan serangga di padang rumput dan ladang (sumber makanan utama bagi burung jalak), dianggap sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan ini.
Penurunan ini terlihat bahkan di tempat-tempat seperti Roma, di mana lebih sedikit kawanan besar yang diamati dibandingkan di masa lalu. Kota ini juga menggunakan metode seperti lampu dan suara untuk menghalau burung jalak, menganggap mereka sebagai gangguan. Namun, penurunan burung jalak tidak hanya terjadi di Roma; banyak daerah lain juga telah mendokumentasikan pengurangan signifikan dalam populasi burung jalak mereka.
Perkembangan ini menyoroti kebutuhan kritis untuk menyeimbangkan rasa ingin tahu ilmiah kita tentang murmurasi burung jalak dengan kebutuhan mendesak akan upaya konservasi. Sementara memahami mekanisme rumit yang mendorong perilaku kolektif ini sangat penting, sama pentingnya untuk mengatasi tantangan lingkungan yang mengancam kelangsungan hidup burung-burung ini dan, akibatnya, kelanjutan dari pertunjukan alam yang spektakuler ini. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, yang juga relevan dengan isu-isu lingkungan di Indonesia, seperti deforestasi dan hilangnya habitat satwa liar. Konservasi burung jalak, seperti halnya konservasi spesies lain, adalah bagian dari upaya kita untuk menjaga keindahan alam dan keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.