Sebuah studi terbaru dari City University of Hong Kong (CityUHK) mengeksplorasi opini publik mengenai populasi kerbau liar di Pulau Lantau Selatan. Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal *People and Nature* pada Juli 2025, menyoroti beragam pandangan penduduk Hong Kong terkait hewan-hewan ini.
Studi yang berjudul "Sikap dan Nilai Publik Mengenai Ungulata Liar Semi-Urban" ini melibatkan 657 peserta. Pengumpulan data dilakukan melalui survei daring dan wawancara tatap muka antara akhir 2023 dan awal 2024.
Studi ini mengidentifikasi empat area utama opini publik. Ini termasuk apresiasi, kekhawatiran tentang dampak komunitas, nilai yang dirasakan untuk konservasi, dan persepsi individu. Faktor demografis juga memengaruhi pandangan ini.
Studi ini menekankan pentingnya mempertimbangkan opini publik dalam pengelolaan populasi kerbau. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan koeksistensi yang harmonis antara manusia dan satwa liar. Penelitian CityUHK juga mencakup studi sebelumnya tentang dinamika sosial kerbau.
Memahami dinamika sosial ini sangat penting untuk konservasi yang efektif. Hal ini juga membantu mempromosikan kesejahteraan hewan. Untuk detail lebih lanjut, silakan kunjungi situs web Proyek Kerbau CityUHK.
Di Indonesia, isu koeksistensi antara manusia dan satwa liar juga menjadi perhatian penting, terutama di wilayah-wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Studi ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam upaya konservasi. Pendekatan yang mempertimbangkan opini publik, seperti yang dilakukan dalam studi ini, sangat relevan dengan nilai-nilai gotong royong dan musyawarah yang dijunjung tinggi di Indonesia. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga konservasi sangat penting untuk memastikan keberlanjutan populasi kerbau liar dan menjaga harmoni antara manusia dan alam.