Sebuah survei komprehensif baru-baru ini di Ladakh, India, menyoroti hubungan kompleks antara macan tutul salju dan populasi manusia. Studi yang diterbitkan di PLOS One ini mengungkapkan bahwa sebagian besar populasi macan tutul salju di Ladakh hidup berdampingan di dekat permukiman manusia.
Ladakh adalah rumah bagi sekitar 477 macan tutul salju, yang mewakili dua pertiga dari total populasi macan tutul salju di India. Survei yang mencakup 59.000 km persegi ini menemukan kepadatan macan tutul salju bervariasi antara satu dan tiga individu per 100 km persegi. Taman Nasional Hemis memiliki konsentrasi macan tutul salju tertinggi secara global.
Studi ini menemukan bahwa 60% macan tutul salju di Ladakh hidup di dekat tempat tinggal manusia. Koeksistensi ini disebabkan oleh padang rumput yang kaya sumber daya dan lanskap budaya unik di wilayah tersebut. Namun, kedekatan ini telah menyebabkan peningkatan konflik, terutama pemangsaan ternak.
Selama penguncian Covid-19, berkurangnya aktivitas manusia menyebabkan lonjakan konflik macan tutul salju-ternak. Pada tahun 2020, sembilan kasus dilaporkan selama dua bulan, dibandingkan dengan hanya dua kasus pada tahun sebelumnya. Enam macan tutul salju ditahan sementara di pusat penyelamatan karena serangan ternak.
Studi ini juga membuat perpustakaan foto nasional macan tutul salju. Perpustakaan ini akan membantu konservasionis dalam memantau perburuan liar dan perdagangan. Para peneliti menggunakan kecerdasan buatan dan parfum untuk memotret dahi macan tutul salju untuk tujuan identifikasi.
Kehadiran macan tutul salju berkorelasi dengan mangsa liar, ternak, dan medan yang terjal. Studi ini menggarisbawahi perlunya melindungi habitat, mempromosikan ekowisata, dan memperkenalkan kembali spesies mangsa. Langkah-langkah ini sangat penting untuk konservasi jangka panjang macan tutul salju di wilayah tersebut.