Pada tanggal 2 Juli 2025, pasar saham AS menunjukkan hasil yang beragam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik sebesar 0,9%, sementara S&P 500 turun 0,1% dan Nasdaq Composite turun 0,8%. Hal ini mencerminkan interaksi kompleks antara data ekonomi dan perkembangan politik. (Sumber: AP News, Reuters)
DJIA ditutup pada 44.494,94 poin, hanya 1,3% di bawah rekor tertinggi sepanjang masa pada 4 Desember 2024. Nasdaq Composite turun menjadi 20.202,89 poin, terdampak oleh penurunan saham teknologi. Penurunan mengejutkan dalam lapangan kerja sektor swasta pada bulan Juni, dengan hilangnya 33.000 pekerjaan, menambah sentimen negatif. (Sumber: AP News, Reuters)
Secara politik, "Undang-Undang Satu RUU Indah Besar" (OBBBA) disahkan oleh Senat AS dengan pemungutan suara 51-50, dengan Wakil Presiden JD Vance memberikan suara penentu. RUU ini mencakup pemotongan pajak, pengeluaran pertahanan, dan langkah-langkah imigrasi. Kantor Anggaran Kongres memperkirakan RUU tersebut akan meningkatkan utang nasional sebesar $3,3 triliun. (Sumber: AP News, Reuters)
Pasar bereaksi dengan sentimen campuran terhadap perkembangan ini. Investor mempertimbangkan dampak keputusan politik terhadap ekonomi dan pasar keuangan. Kinerja pasar di masa depan akan bergantung pada bagaimana faktor-faktor ini terus berkembang. Perkembangan ini perlu dicermati, mengingat potensi dampaknya terhadap ekonomi global dan khususnya kawasan Asia Tenggara. Kita perlu mencermati perkembangan lebih lanjut dan dampaknya terhadap investasi dan stabilitas ekonomi.