Penelitian terbaru dari MARCS Institute for Brain, Behaviour and Development di Western Sydney University mengungkapkan bahwa bayi yang baru berusia empat bulan sudah terlibat aktif dalam 'percakapan' dengan orang tua mereka. Dari sudut pandang psikologi sosial, penelitian ini menyoroti bagaimana interaksi awal ini membentuk perkembangan sosial dan emosional bayi.
Penelitian ini menekankan bahwa komunikasi bukan hanya tentang bagaimana orang tua berbicara kepada bayi, tetapi juga tentang bagaimana bayi merespons dan berpartisipasi. Dr. Antonia Goetz, penulis utama penelitian, menjelaskan bahwa bayi memainkan peran yang lebih besar dalam pertukaran ini daripada yang kita duga. Hal ini menunjukkan pentingnya bagi orang tua untuk memperhatikan isyarat bayi dan merespons dengan tepat.
Dalam konteks budaya Indonesia, interaksi awal antara bayi dan orang tua sering kali melibatkan sentuhan fisik, nyanyian, dan permainan yang merangsang perkembangan bayi. Misalnya, tradisi 'tedak siten' atau upacara turun tanah di Jawa, yang melibatkan bayi berjalan di atas berbagai benda, bertujuan untuk memperkenalkan bayi pada dunia dan merangsang rasa ingin tahu mereka.
Penelitian ini juga menemukan bahwa bayi dengan temperamen introvert dan rentang perhatian yang lebih pendek cenderung terlibat dalam interaksi yang lebih banyak dengan orang dewasa. Hal ini mungkin karena bayi introvert lebih menyukai percakapan yang lebih tenang dan singkat, sementara bayi yang sulit fokus mungkin mengundang lebih banyak interaksi karena mereka lebih tidak terduga atau ekspresif. Orang tua perlu menyesuaikan gaya komunikasi mereka dengan kebutuhan individu setiap bayi.
Kesimpulannya, komunikasi awal sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional bayi. Orang tua harus responsif terhadap isyarat bayi dan menyesuaikan gaya komunikasi mereka untuk mendukung perkembangan yang optimal.