Pada 19 Juli 2025, gencatan senjata sementara dikonfirmasi di provinsi Sweida, Suriah, setelah seminggu bentrokan sektarian yang intens antara milisi Druze dan suku Badui. Konflik ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait kesehatan dan keselamatan masyarakat setempat.
Menurut laporan dari Syrian Observatory for Human Rights, lebih dari 300 orang tewas dalam bentrokan tersebut, termasuk warga sipil dan anggota militer. Rumah sakit dan fasilitas medis di daerah tersebut kewalahan menghadapi jumlah korban yang tinggi, dengan kekurangan pasokan medis dan tenaga kesehatan yang terbatas memperburuk situasi. Selain itu, pemboman Israel telah menambah tingkat bahaya, dengan risiko cedera dan kematian yang lebih tinggi bagi warga sipil. Akses ke layanan kesehatan dasar menjadi sangat terbatas selama konflik.
Gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Turki, Yordania, dan negara-negara tetangga lainnya adalah langkah penting. Komisi gabungan yang akan mengawasi gencatan senjata harus memprioritaskan penyediaan layanan kesehatan dan memastikan keselamatan warga sipil. Upaya untuk memulihkan fasilitas medis, menyediakan pasokan medis yang cukup, dan memastikan akses ke perawatan kesehatan yang aman adalah kunci untuk memulihkan stabilitas dan melindungi kesehatan masyarakat di Sweida. Keselamatan dan kesejahteraan penduduk harus menjadi fokus utama dalam upaya pemulihan pasca-konflik.