Di era urbanisasi yang pesat, kebutuhan akan perumahan yang terjangkau dan komunitas yang mendukung semakin mendesak. Model hidup bersama, seperti coliving dan cohousing, muncul sebagai alternatif perumahan tradisional, menawarkan pendekatan baru terhadap kehidupan komunal yang menekankan koneksi sosial dan dukungan bersama.
Coliving adalah model perumahan di mana individu memiliki ruang pribadi namun berbagi area bersama seperti dapur, ruang tamu, dan fasilitas lainnya. Model ini populer di kalangan profesional muda dan digital nomad yang mencari fleksibilitas dan komunitas. Di Indonesia, minat terhadap coliving meningkat, dengan berbagai platform menawarkan layanan ini untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial yang mendambakan gaya hidup praktis dan terjangkau.
Sementara itu, cohousing melibatkan komunitas yang lebih terstruktur di mana individu memiliki rumah pribadi namun berpartisipasi aktif dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan bersama. Model ini menekankan pada interaksi sosial dan dukungan antar anggota komunitas. Meskipun lebih umum di negara-negara Barat, konsep cohousing mulai mendapatkan perhatian di Indonesia, terutama di kalangan mereka yang mencari gaya hidup yang lebih terhubung dan mendukung.
Secara psikologis, model hidup bersama dapat mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kesejahteraan mental. Dengan menyediakan lingkungan yang mendukung dan interaktif, individu dapat merasakan rasa memiliki dan tujuan bersama, yang penting untuk kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, model ini menawarkan solusi potensial untuk tantangan penuaan, dengan menekankan pentingnya koneksi sosial dan pengalaman bersama.
Kesimpulannya, model hidup bersama menawarkan perspektif sosial-psikologis yang menjanjikan untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan menyeimbangkan privasi dengan interaksi sosial, mereka menjawab keinginan untuk hidup secara aktif dan bermakna, sekaligus memberikan solusi untuk tantangan perumahan dan isolasi sosial di era modern.