Penelitian terbaru dari University of British Columbia (UBC) menunjukkan bahwa bayi baru lahir memiliki kecenderungan bawaan untuk mengenali dan lebih menyukai perilaku prososial. Studi ini menantang pandangan bahwa preferensi semacam itu sepenuhnya dipelajari melalui pengalaman.
Dalam eksperimen yang melibatkan 90 bayi berusia lima hari, peneliti menampilkan video animasi sederhana yang menggambarkan dua bola. Dalam satu video, satu bola membantu bola lain yang kesulitan menaiki bukit, sementara dalam video lain, bola kedua menghalangi bola pertama. Bayi secara konsisten menghabiskan waktu lebih lama menonton skenario di mana bola membantu, menunjukkan preferensi terhadap interaksi yang ramah.
Dr. Kiley Hamlin, profesor psikologi di UBC dan salah satu pemimpin studi ini, menjelaskan bahwa temuan ini menunjukkan bahwa bayi, meskipun memiliki sedikit pengalaman dengan dunia sosial, sudah dapat membedakan antara interaksi yang ramah dan tidak ramah. Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa aspek pemahaman dan evaluasi sosial mungkin sudah ada sejak lahir.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications dan menambah bukti bahwa manusia mungkin dilahirkan dengan pemahaman dasar tentang kebaikan sosial. Meskipun bayi tidak mengetahui benar atau salah seperti orang dewasa, akar dari evaluasi sosial dan pemahaman moral mungkin dimulai dengan preferensi sosial dasar ini.
Temuan ini juga relevan bagi budaya Indonesia, di mana nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong sangat dijunjung tinggi. Memahami kecenderungan bawaan ini dapat membantu orang tua dan pendidik menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional anak-anak sejak dini, memperkuat nilai-nilai budaya yang sudah ada.