Pada tahun 2025, Brianna Lafferty, seorang wanita Colorado berusia 33 tahun, mengalami krisis medis serius akibat myoclonus dystonia, sebuah gangguan neurologis langka. Selama episode tersebut, Brianna dinyatakan meninggal selama delapan menit. Selama periode tersebut, ia melaporkan pengalaman mendekati kematian yang mendalam, termasuk perasaan terpisah dari tubuh fisiknya dan memasuki ruang tanpa waktu yang dipenuhi dengan kedamaian dan pemahaman mendalam. Pengalaman ini menantang pandangan konvensional tentang realitas dan menawarkan pesan harapan dan pemberdayaan. Kisahnya mendorong kita untuk mempertimbangkan dampak mendalam dari pikiran dan keyakinan kita, sambil menempatkan pengalaman tersebut dalam konteks sejarah yang lebih luas.
Sejak zaman kuno, manusia telah bergulat dengan pertanyaan tentang kehidupan setelah kematian dan sifat kesadaran. Dalam catatan sejarah, berbagai budaya telah mengembangkan keyakinan dan praktik yang berkaitan dengan pengalaman mendekati kematian. Pada abad ke-20, penelitian ilmiah mulai menyelidiki fenomena tersebut, dengan studi pionir oleh Dr. Raymond Moody pada tahun 1970-an yang mengumpulkan laporan dari orang-orang yang selamat dari pengalaman mendekati kematian. Penelitian ini memberikan dasar bagi studi lebih lanjut dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang topik tersebut. Kasus Brianna Lafferty, dengan pengalamannya tentang alam tanpa waktu di mana pikirannya terwujud, menambah narasi sejarah yang berkembang tentang pengalaman mendekati kematian. Ini menantang pandangan konvensional tentang realitas dan menawarkan pesan harapan dan pemberdayaan. Kisahnya mendorong kita untuk mempertimbangkan dampak mendalam dari pikiran dan keyakinan kita, sambil menempatkan pengalaman tersebut dalam konteks sejarah yang lebih luas.